Senin, 28 Juli 2008

Tentang Rahasia Allah

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Sholli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad

Sesungguhnya rahasia Allah, seperti takdir dan ilmu-ilmu-Nya, adalah perkara yang disembunyikan Allah dari makhluk-Nya, sehingga mereka tidak biasa mengetahuinya. Rahasia itu tidak bisa diketahui dan tidak mungkin dimiliki makhluk-Nya. Keberadaannya hanya untuk dipercayai dan diyakini. Orang yang menyimpang dari jalan kebenaran mencoba mencari, menyelidiki, dan menyingkapnya, namun usaha mereka sia-sia dan tidak menghasilkan apa-apa selain kebingungan dan " kebutaan ". Rahasia Allah adalah ilmu yang tidak diketahui ujungnya, seperti lautan yang gelap dan dalam yang tidak diketahui batas dan akhirnya. Orang yang mencoba merenanginya akan tenggelam dan binasa.

Diantara syarat tauhid adalah bahwa setiap hamba harus mencari sesuatu (ilmu) yang dengannya mereka dapat benar-benar mengesakan dan menunggalkan Allah swt. Orang yang berakal harus merenungi keyakinan tauhidnya dan berkata pada dirinya : " Apabila aku telah berkata bahwa Allah itu satu, esa, dan tempat meminta, maka ilmu yang manakah yang dapat memperteguh keyakinanku akan keesaan dan ketunggalan-Nya. "

Selasa, 15 Juli 2008

Percikan Cahaya

Bismillahirrahmanirrahim
Allahumma Sholli 'ala Muhammad wa 'ala Ali Muhammad

Diriwayatkan dari Nabi SAW, bahwa Allah SWT menciptakan makhluk dalam kegelapan. Kemudian Dia memercikkan kepada mereka sebagian cahaya-Nya. Rasulullah menyebut kata memercikkan, bukan menuangkan, kalau saja Allah menuangkan sebagian cahaya-Nya, maka pastilah cahaya itu akan menerangi semua makhluk. Tetapi karena Dia hanya memercikkan sebagian cahaya-Nya, maka cahaya itu hanya mengenai sebagian mereka, dan tidak sebagian lainnya. Allah mengetahui siapa diantara mereka yang terkena percikan cahaya itu. Percikan cahaya itu kemuadian menjadi takdir dan bagian yang telah ditentukan untuk sebagian hamba-Nya.

Minggu, 13 Juli 2008

Memerangi Nafsu Ammarah

Bismillahirrahmanirrahiim
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi


Ketika kau bersinggungan dengan sesuatu, baik yang kau benci atau yang kau sukai, maka ingatlah bahwa sesuatu itu tidak terlepas dari aspek rububiyah ( ketuhanan )-Nya. Kau harus ingat bahwa penciptaan-Nyalah yang telah menciptakan sesuatu, bukan yang lain. Apabila kau melihat selain-Nya sebelum melihat-Nya, maka kau telah melakukan kesalahan. Dan jika engkau memarahi orang lain, berarti kau telah melakukan kesalahan yang tidak akan dilakukan oleh orang yang 'arif. Memarahi seseorang sama dengan memarahi hukum tuhan-Nya. Jika kamu berfikiran bahwa sesuatu itu bukan perbuatan, kehendak, dan hukum-Nya, berarti kau telah merusak dan mengotori ma'rifat, padahal ma'rifat adalah sumber semua cahaya. Jika sumbernya udah rusak, maka cabangnya pun pasti ikut rusak. Dengan berfikiran dan bertindak seperti itu, seolah-olah kau telah mengalihkan ketuhanan dari-Nya kepada selain-Nya. Jika kau melakukan hal itu, maka kau harus segera bertaubat seperti taubatnya orang dari menyembah berhala. Jika kau tidak segera bertaubat, dikhawatirkan kau tidak akan bertaubat selamanya. Selain itu, mintalah pertolongan kepada Allah untuk mengalahkan hawa nafsu. karena Dialah Yang menghembuskan, menggerakkan, dan meredam jika untuk menjadi rela, marah, adil, atau aniaya. Jiwa yang adil merupakan karunia Allah yang Dia berikan kepadanya. Karena Jiwa yang aniaya tidak berhak mendapatkan karunia-Nya, maka berlakulah bagi-Nya keadilan-Nya, yaitu derajatnya diturunkan.

Rabu, 02 Juli 2008

Tauhid Asma'

Bismillahirrahmanirrahim

Allahumma sholli 'ala Muhammad


Pada pasal ini menjelaskan tentang tauhid asma' artinya menegaskan Allah Ta'ala pada semua nama yang diciptakan-Nya, cara untuk ber-musyahadah terhadap keesaan nama-nama Allah Ta'ala ini adalah dengan memandang dengan mata jasmani dan ditanggapi dengan pandangan hati bahwa nama-nama yang ada, pada hakikatnya bersumber pada satu nama yaitu Allah Ta'ala.


Semua yang ada pada alam ini pasti memiliki nama, padahal secara hakikat tidak ada yang maujud selain Allah Ta'ala, semua yang ada di alam ini hakikatnya adalah khayal atau semu belaka oleh sebab Nyata wujud Allah pada segala sesuatu. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa semua nama yang melekat pada alam ini hakikatnya adalah semu juga, yang bersumber dari nama Allah sebagai nama Zat Yang Satu.